Denah

Monday, October 31, 2011


Jack Lord, sarjana Cum Laude jadi tukang pel, memang kenapa ?

Monday, May 10, 2010
Masyarakat saat ini benar-benar terperangah oleh sebuah fenomena seorang Jack Lord, lulusan sebuah perguruan tinggi yang menjadi tukang pel di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Riau. Pandangan yang ada dimasyarakat bahwa seorang sarjana tidak layak untuk menjadi tukang pel merupakan sebuah anggapan yang muncul dari paradigma mental ‘priyayi’ yang telah di tanamkan oleh penjajah setengah abad yang silam. Seorang sarjana seharusnya bekerja pada bidang-bidang yang ‘halus’ bukan pada sector yang ‘kasar’ seperti tukang pel. Dampak dari cara pandang ini, banyak para sarjana yang enggan untuk bekerja pada sector yang ‘kasar’, mereka rela membawa ijazahnya ke mana-mana untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang layak sebagai seorang sarjana, jumlah sarjana setiap tahun semakin bertambah, sementara di sisi lain pertambahan jumlah sarjana tidak seimbang dengan pertambahan jumlah lapangan kerja yang ada, sehingga banyak para sarjana yang menganggur akibat mempertahankan idealismenya untuk mendapatkan pekerjaan yang ‘halus’.
Mereka enggan untuk menjadi BOS bagi dirinya sendiri dan calon BOS bagi orang lain, yaitu dengan mendirikan lapangan pekerjaan sendiri, banyak yang beralasan karena kurang pengalaman dan sebagainya. Dengan mendirikan usaha minimal bisa membuka lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri, dan jika usahanya berkembang tentu akan manjadi lahan pekerjaan bagi orang lain. Menurut beberapa pakar bisnis termasuk Jusuf Kala, untuk menjadi negara yang maju Indonesia setidaknya memerlukan pengusaha 10 % dari pupulasi yang ada sekarang, sementara pepulasi pengusaha yang ada baru 2% saja dari pupulasi keseluruhan penduduk Indonesia.
Terlepas dari polemik yang ada, permasalahan ini patut untuk di sampaikan kepada yang bersangkutan, yaitu ke pribadi Jack Lord sendiri, kalau dia merasa enjoy dengan pekerjaannya dan dengan kemampuannya sebagai seorang sarjana cumlaude bisa memperbaiki system yang terkait dengan pekerjaannya sekarang kenapa tidak di teruskan saja ? Kecuali jika Jack Lord memang merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya sekarang, tentu perlu dipertimbangkan adanya perpindahan tugas pada diri Jack Lord.



Mushola di Mall

Tuesday, January 5, 2010
Liburan tahun baru kemarin, kami sekeluarga memilih silaturahim dengan orang tua di Klaten. Di sela-sela silaturahim, istri mengajak jalan-jalan ke Plasa Klaten, disana ada salah satu tenant yang cukup di kenal masyarakat yaitu matahari.

Pengunjungnya cukup ramai, perkiraan pengunjung saat itu sekitar seribuan orang. Kami lihat banyak discount yang di tawarkan, mulai dari 20 % - 70 % dan juga ada yang disount 20 ribu + 50 %. Istri saya memilih-milih baju kemeja untuk d hadiahkan kepada saya ( seneng juga punya istri yang suka memberi hadiah tiba-tiba), tapi dengan halus saya menolaknya. Menurut saya harga di sana walaupun sudah discount 50% tetap saja mahal apalagi merknya bukan dalam negeri, lebih baik beli di klewer atau PKL, kemanfaatannya jelas karena bisa menggerakkan ekonomi kecil. Akhirnya kami tidak jadi untuk berbelanja.

Puas kami melihat-lihat barang untuk sekedar survei harga, kamipun bersegera menuju mushola untuk menunaikan sholat magrib. Tiba di mushola, betapa heran dan kaget saya.. pintu utama untuk masuk ke mushola satu pintu dengan pintu masuk ke toilet wanita, dengan prasangka baik saya tetap masuk menuju mushola. Sampai di mushola, alangkah sedih dan miris hati ini... luas mushola mungkin sama dengan luas toilet ! hanya cukup untuk 3 orang, dan ruangan tepat di sebelah depan mushola berjajar beberapa toilet wanita. Sepertinya ruangan mushola tersebut memang tidak di desain untuk sholat, hal ini terlihat interior ruangannya yang sama persis dengan interior toilet.



Betapa sangat kontras dengan suasana di luar, bangunan 3 lantai yang sangat luas dan bersih. Setiap sudut ruangan di penuhi dengan orang yang sedang melakukan transaksi.Tetapi, musholanya sangat mengenaskan ! Dan cenderung mengarah pada penghinaan sebuah mushola yang di sucikan kaum muslimin. Apa susahnya membuatruangan untuk mushola yang layak dengan bangunan sebesar itu ? Bukankah mushola tersebut di butuhkan para konsumen dan karyawan di situ ?

Saya tidak tahu apakah sebagian besar mall memang begitu kondisinya ..?

Sebuah masukan untuk pihak berwenang, dalam hal ini pemda/pemkot :
Hendaknya ketika perijinan pendirian mall di ajukan, di lihat dulu site plan untuk publik area terutama mushola. Pastikan bahwa mushola ada dalam site plan yang di usulkan.

Saya jadi teringat dengan sebuah mall di Bandung yang kami kunjungi saat milad TDA ke-3, menurut saya mall tersebut benar-benar fonomenal. Bangunannya cukup megah, terdiri 6 lantai, karyawannya semua berbusana rapi dan menutup aurat. Diluarnya terlukis 99 Asmaul Husna. Nama mall tersebut adalah Abdurrahman bin 'Auf Trade Center (ATECE). Pemiliknya bernama H Alay, pengusaha pribumi asal Bikittinggi. Info tentang ATECE ada di sini : http://www.tangandiatas.com/print.php?ar_id=180
Seandainya setiap kota ada mall seperti ATECE tentu akan menjadi alternatif utama bagi muslimin untuk berbelanja.

Ini kesempatan emas, ayo siapa yang ikut mendaftar menjadi Owner Mall Islami ..? Di buka lowongan untuk menjadi Owner Mall megah dan Islami, bersedia menempati di setiap kota di Indonesia.

Undangan Milad II TDA Joglo

Friday, June 5, 2009
Salam FUNtastic,

Dalam rangka merayakan Milad II TDA Joglo, kami mengundang segenap member TDA untuk hadir pada :
Hari, tanggal : Minggu, 14 Juni 2009
Tempat : Taman Balekambang Solo
Acara : Gathering Facebook @ Solo "Facebookpreneur Peluang Ditengah Krisis"

Pembicara :
1. Nukman Luthfie owner www.virtual.co.id
2. Harmanto Haroen owner www.mahkotadewa.com
3. Benk Mintosih GM Hotel Lor In www.lor-in.com
Acara dimeriahkan dengan expo, pengobatan gratis oleh tim Mahkotadewa, hiburan ketoprak, pembagian doorprize dll

Tiket peserta Rp 100.000,- Expo produk mulai Rp 250.000,- /stan
Pembayaran: BCA Rek 394 011 4194 - a/n. Fiki Himawan

CP :
1. Fiki Himawan 081 393939 555 ( http://www.facebook.com/profile.php?id=747628609& )
2. Kardi Marthani (0271 ) 7071224 http://www.facebook.com/profile.php?id=1037225538 )

Hormat kami,
Panitia Milad II TDA Joglo

Arif Setiawan
Ketua

Buka toko beladiri online

Wednesday, April 22, 2009
Bismillah.. dengan penung optimis, saya beranikan diri untuk membuka lagi pintu rejeki, agar rejeki yang sudah disiapkan Allah bisa saya ambil dengan maksimal dan semoga bisa bermanfaat untuk kemaslahatan bersama.

Toko online yang baru adalah Toko Beladiri dengan alamat www.tokobeladiri online. Baru..ya, memang baru soft opeing mulai hari ini. Silahkan bagi yang mau memesan bisa langsung kontak..

Mohon doanya ya..

Menimbang (kembali) peran dan fungsi TDA Joglo

Tuesday, March 10, 2009
Aura Milad 3 kemarin di gedung BPPT Jakarta Pusat yang sangat berkesan masih terasa hingga kini, membekas sangat dalam hingga mampu menggerakkan semangat untuk action.
Komunitas TDA JOGLO bulan Mei mendatang akan genap berusia 2 tahun, banyak peran yang sudah diberikan oleh kemunitas TDA JOGLO terhadap anggotanya, baik berupa materi maupun spirit entrepreneur agar senantiasa membara.
Sebelum komunitas TDA JOGLO terbentuk, bulan Mei 2007 di Solo ada kunjungan dari TDA pusat atas undangan PGS (Pusat Grosir Solo) kebetulan saya, mas Riza dan mas Budi Prayitno member TDA disekitar Solo yang bertugas untuk menyambut sekaligus sebagai guide kunjungan member TDA selama di Solo. Kunjungan ini menjadi salah satu pemicu terbentuknya TDA JOGLO.
Action pertama TDA JOGLO adalah nonton bareng film The Secret di Jogja yang diselenggarakan oleh member TDA Jogja, dan berhasil mengundang 20-an member TDA yang tersebar di berbagai daerah, peserta yang hadir saat itu otomatis menjadi member TDA JOGLO.
Kini menjelang usia 2 tahun , TDA JOGLO mampu melahirkan TDA Semarang (Februari 2008) dan TDA Soloraya (September 2008) dan di harapkan akan lahir pula TDA di daerah lain di Jawa Tengah, sehingga makna TDA JOGLO bukan lagi TDA Jogja-Solo tetapi TDA JOGLO yang merupakan rumah bagi TDA yang ada di Jawa Tengah karena JOGLO merupakan rumah adat Jawa Tengah, makna tersebut sudah meresap di hati member TDA JOGLO.
Disisi lain, TDA pusat dan beberapa pengurus serta foundernya ternyata belum ’ngeh’ dengan makna TDA JOGLO sebagai TDA-nya Jawa Tengah, yang merupakan perluasan makna TDA Jogja-Solo . Hal ini terlihat pada saat pelaksanaan Milad TDA 3 kemarin, TDA JOGLO masih disebut sebagai TDA Jogja-Solo, dan juga di buku Bussines Directory member TDA yang dibagikan pada saat Milad.

Perlunya TDA Wilayah.
Seiring dengan perkembangan TDA JOGLO yang sekarang sudah memiliki member 573 orang lebih, belum termasuk beberapa member TDA Soloraya dan TDA Semarang yang belum bergabung di TDA JOGLO, maka diperlukan pengaturan TDA Wilayah yang berbasis propinsi sebagai wadah koordinasi untuk TDA Daerah yang berbasis kota/kabupaten yang akan terbentuk.
Melihat perkembangan TDA daerah di tahun 2006 - 2009 sedikitnya ada 8 TDA daerah dan 3 TDA Wilayah dengan rincian sebagai berikut :
1. TDA Bekasi (November 2006)
2. TDA Medan (Januari 2008)
3. TDA Bandung (Februari 2008)
4. TDA Banten (April 2008)
5. TDA Singapura (Mei 2008)
6. TDA Surabaya (Juli 2008)
7. TDA Makasar (November 2008)
8. TDA Pantura(November 2008)
TDA Wilayah :
1. TDA Joglo (April 2007)
2. TDA Gerbang Kerto Susilo (Juni 2008)
3. TDA Kaltim (Februari 2009)
Dari data diatas, bukan mustahil suatu saat nanti struktur TDA bisa sampai di setiap daerah kota/kabupaten (TDA = Tiap Daerah Ada), sehingga perlu TDA Wilayah untuk mengkoordinasikan TDA Daerah. Bahkan, mungkin akan sampai di seluruh penjuru desa (TDA = Tiap Desa Ada), karena semangat untuk berbagi dan menebar rahmad akan terus mengelinding seperti bola salju yang akan menjadikan TDA semakin lama insya’Allah akan semakin membesar.
Salam FUNtastic.

Sepenggal perjalanan Milad 3 TDA

Monday, March 2, 2009

Saat yang dinanti tiba, saya berangkat dengan mas Kardi Yoga Mandiri dengan naik kereta, sampai di prambanan rombongan tambah dengan kehadiran mas Hendri. Saat di kereta kami lebih banyak berdiskusi dengan teman duduk, kelihatannya mas Kardi dapat deal-deal bisnis dengan teman barunya.

Setiba di gedung BPPT Jakarta, tempat di selenggarakan milad 3 TDA sudah banyak peserta yang menunggu, tetapi panitia kelihatannya belum ada yang datang, kami segera beres-beres untuk persiapan mengikuti acara.

Ada sebuah fenomena menarik pada pelaksanaan milad, 1000 orang lebih berkumpul dengan sebuah misi yang sama yaitu menjadi pengusaha yang kaya dan bermanfaat bagi orang lain. Pada hari kedua kami dihadapkan 2 kelompok pembicara yang berbeda. Kelompok pertama adalah pengusaha dalam menjalankan bisnisnya didominasi oleh kekuatan yang tidak mengandalkan hitung-hitungan nalar yaitut Bob Sadino dan Ust. Lihan. Kelompok kedua sebaliknya mengutamakan logika nalar, sebagai contoh Tung Desem Waringin.

Saya sangat terkesan dengan kelompok pertama terutama ustad Lihan, beliau sangat mengedepankan ikhlas dalam bertindak. Banyangkan orang yang tidak dikenal, hanya bertemu melalui internet langsung diberi uang 100 juta untuk modal usaha..

Malamnya kami menginap dirumah haji Alay pencetus nama TDA untuk nama komunitas yang dibentuk pak Roni bersama teman-temannya.
(bersampun aja)